Resolusi awal tahun ambyar, berbagai rencana kegiatan amburadul. Perbatasan ditutup dan pergerakan warga di berbagai negara dibatasi ketat. Rupiah serta saham anjlok, kegiatan perekonomian lainnya lesu.
Jumlah penderita COVID-19 di Indonesia terus naik.
Setiap hari, berita di media massa bikin deg-degan. Sementara media sosial diwarnai hoaks nan simpang siur yang tidak membuat suasana kebatinan jadi lebih baik. Sulit rasanya untuk tetap berpikir positif di tengah kecemasan global ini.
Kalau begitu, apa saja sih hal-hal baik yang dapat dipetik dari wabah Corona ini?
Berkurangnya Polusi
Seiring dengan pembatasan perjalanan domestik dan internasional di berbagai negara, tingkat polusi udara pun menurun signifikan.Sebuah kajian dari Univesitas Stanford bahkan menyebutkan lockdown selama dua bulan di China telah menyelamatkan 4.000 anak balita dan 73 ribu lansia setempat dari potensi kematian prematur akibat partikel polusi udara. Berdasarkan Climate Change Report 2019, China merupakan penyumbang emisi karbon terbesar di seluruh dunia.
Bukan hanya manusia, kawanan hewan pun sepertinya ikut menikmati saat-saat bumi beristirahat dari hiruk pikuk pergerakan manusia seperti sekarang ini.
Sebagaimana terlihat di media sosial, viral postingan tentang kanal-kanal dan pantai Italia menjadi lebih jernih seiring absennya operasional kapal motor dan gondola. Alhasil, ikan-ikan dan lumba-lumba pun bermunculan kembali.
Mungkin benar apa yang dikatakan orang-orang, bumi tengah beristirahat.
Meningkatnya perhatian dan kepedulian
Sebelum wabah Corona, menjaga kebersihan tangan tidak terlalu dipedulikan banyak orang. Padahal anjuran mencuci tangan demi kesehatan sudah diajarkan sejak kecil, bahkan lewat lagu kanak-kanak.Namun, anjuran itu kerap diabaikan atau tidak terlalu diindahkan. Sekarang, semua saling mengingatkan cuci tangan, termasuk mesin pencari Google.
Masa krisis seperti sekarang ini juga membawa perhatian kita kepada mereka yang banyak berjasa dalam keseharian, namun kerap terabaikan atau kurang diapresiasi.
Tenaga medis yang menjadi garda terdepan dalam penanganan wabah. Pengemudi ojek online yang membantu membelikan makanan dan keperluan sehari-hari di saat kita harus #dirumahaja.
Para tenaga kebersihan yang senantiasa menjaga ruang publik aman dari bakteri dan kuman. Para guru yang selama ini mengajar anak-anak kita di sekolah. Di saat-saat seperti ini, kita diingatkan kembali akan betapa mereka telah memudahkan kehidupan kita.
Hal ini terlihat dari berbagai postingan media sosial. Di berbagai negara Eropa, setiap malam, para warga yang terpaksa berdiam diri #dirumahaja karena lockdown ramai-ramai muncul di balkon memberikan tepuk tangan meriah tanda apresiasi bagi tenaga medis. Di Singapura, pada perayaan Hari Kasih Sayang lalu, anak-anak dan remaja mengirimkan pesan terima kasih yang ditulis tangan untuk para tenaga medis.
Di Indonesia, ada yang mengajak berbagi makanan dengan para ojol. Lalu, ramai pengiriman bunga tanda apresiasi serta penggalangan dana untuk membelikan masker dan APD bagi tenaga medis.
Lainnya banyak mengunggah tentang betapa guru kanak-kanak pantas memperoleh gaji yang lebih besar. Ternyata disadari, mengajar anak-anak itu tidaklah mudah, saudara-saudara!
Mempertebal rasa solidaritas dan kebersamaan
Menghadapi tragedi kemanusiaan seperti ini, sifat sosial manusia pun muncul dalam berbagai tindakan solidaritas dan kebersamaan. Keharusan menjaga jarak guna mencegah penularan virus tidak menghalangi mereka untuk tetap saling berbagi rasa.Di Wuhan Cina, kota yang disebut sebagai asal virus COVID-19, penduduknya bersahut-sahutan saling menyemangati satu sama lain.
Memberi waktu jeda bagi diri dan keluarga
Keharusan mengkarantina diri memberikan peluang lebih bagi banyak orang untuk menghabiskan waktu di rumah. Kesempatan ini dapat dimanfaatkan melakukan hal-hal yang belum sempat terlaksana karena kesibukan selama ini.Beragam hobi seperti memasak, bercocok tanam atau melukis menjadikan hari anda produktif tanpa harus keluar rumah. Bagi mereka yang percaya, memperbanyak ibadah atau meditasi juga merupakan salah satu opsi kegiatan.
Berbagai artikel tentang hal-hal yang bisa dilakukan selama masa-masa #dirumahaja seperti ini dapat pula dijadikan panduan dalam mengisi waktu.
Menciptakan ajang refleksi diri
Pandemi ini memang menakutkan. Hingga tulisan ini dibuat, tercatat hampir 250 ribu orang terkena virus Corona dan lebih dari 10 ribu jiwa meninggal dunia.Selain itu, saat ini ancaman resesi besar-besaran menghantui perekonomian global. Hingga awal tahun 2020 lalu, siapa yang menyangka dunia akan mengalami situasi seperti ini? Satu virus bermutasi dan seluruh tatanan negara dibuat kacau. Interaksi sosial di antara kita sebagaimana biasanya, tidak lagi ada.